Selasa, 03 Maret 2015

Mengenal lebih dekat Gunung Ungaran,Semarang

     Gunung Ungaran adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Jawa, Indonesia. Dengan ketinggian 2.050 mdpl, gunung ini adalah gunung tinggi pertama yang dilihat pengendara dari Semarang ke arah selatan, di sisi kanan (barat). Menurut catatan-catatan sejarah, nama-nama lain gunung ini adalah Karundungan (prasasti Kuti), Karurungan/Karungrangan (Tantu Panggelaran), Karungrungan (Perjalanan Bujangga Manik, Serat Aji Saka, Serat Kanda), Kroenroengan (Domis, 1825), dan Ngroengroengan (Bleeker 1850, Friederich 1870)[1].

Di kaki gunung ini terletak kota Ungaran, pusat pemerintahan Kabupaten Semarang.

    Gunung Ungaran termasuk gunung berapi berapi tipe strato. Gunung ini memiliki tiga puncak: Gendol, Botak, dan Ungaran. Puncak tertinggi adalah Ungaran.

Dari puncak gunung ini, jika memandang ke utara akan terlihat Laut Jawa sedangkan jika membalikkan badan, akan terlihat jajaran (dari kiri ke kanan) Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Kendalisodo dengan Rawa Peningnya, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, dan Gunung Perahu.

Tidak ada catatan yang jelas mengenai aktivitas gunung ini. Namun, diperkirakan gunung ini pernah meletus pada zaman kerajaan dahulu, dengan letusan yang amat dahsyat sehingga menghancurkan dua pertiga bagian puncak dari semula sehingga yang dapat dilihat sekarang adalah hanya sepertiga bagian dari gunung Ungaran berapi purba. Diperkirakan, gunung ini sedang mengalami masa tidur panjang dan sewaktu-waktu dapat aktif kembali.

Gunung Ungaran mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Di lerengnya terdapat situs arkeologi berupa Candi Gedongsongo (Bahasa Jawa: gedong = gedung, songo = sembilan). Terdapat pula beberapa air terjun (curug), di antaranya Curug Semirang dan Curug Lawe. Juga terdapat gua, yang terkenal dengan nama Gua Jepang. Gua ini terletak 200 meter sebelum puncak, tepatnya di sekitar perkampungan Promasan (perkampungan para pemetik teh). Di sini terdapat pula reruntuhan bekas pemandian kuna.

“Kebun Teh Medini”

    Tidak jauh dari Pemandian Air Panas Nglimut Gonoharjo, pengunjung bisa mencoba suasana asri khas perkebunan teh yang disebut Kebun Teh Medini. Objek wisata ini terletak di lereng Gunung Ungaran yang terletak di ketinggian 1.500 di atas permukaan laut di wilayah Kabupaten Kendal, Biasanya, kebun teh ini kerap dilewati para pendaki yang akan menaiki Gunung Ungaran sehingga medan yang harus dilewati memang relatif berat. Namun, tak perlu khawatir karena rasa lelah akan terbayar dengan keindahan panorama kebun teh.
Mengingat medannya yang terjal, disarankan untuk menggunakan mobil jip atau kendaraan roda dua. Dari Kota Semarang, pengunjung bisa menempuh jalur Mijen-Boja-Cangkiran. Jika dari arah Ungaran bisa melalui Gunungpati-Cangkiran yang dimulai dengan jalan beraspal yang relatif mulus. Namun, setelah melewati Kecamatan Limbangan memang disuguhi jalan berbatu dan berkelok-kelok sehingga menambah nuansa petualangan bagi mereka yang bosan berwisata di tempat-tempat yang kurang menantang.
Di Kebun Teh Medini memang terdapat pabrik teh yang menjadi daya tarik tersendiri objek wisata ini. Jalur yang berkelok-kelok memang sebanding dengan pemandangan indah kebun teh yang terhampar luas. Tujuan wisata lain di tempat ini adalah Barak Promasan yang dibuat untuk beristirahat para pemetik teh dan Gua Jepang yang memang dibuat tentara Nippon pada masa perang. Kalau berminat masuk ke Gua Jepang, disarankan jangan sendirian karena banyak ruang-ruang dalam gua dan membawa senter untuk penerangan.
  Setelah puas menyusuri Gua Jepang, tak ada salahnya pengunjung kembali menikmati air terjun yang indah bernama Curug Lawe, namun air terjun ini hanya bisa diakses dengan berjalan kaki selama sekitar 20 menit dari pintu masuk. Pengunjung tak perlu khawatir kelelahan karena banyak bangunan yang dibuat Pabrik Teh Medini sebagai sarana beristirahat. Pemandangan Curug Lawe memang sangat alami dan menakjubkan, apalagi masih cukup banyak hewan-hewan liar yang berkeliaran sehingga pengunjung tetap disarankan untuk berhati-hati.
Selain Kebun Teh Medini, terdapat pula Perkebunan Karet Merbuh, Getas Kecil di Kecamatan Singorojo dan Perkebunan Kopi Sukomangli Kecamatan Patean yang merupakan daerah tujuan wisata agro lainnya. Tempat-tempat ini sering dikunjungi wisatawan mancanegara asal Jepang dan Belanda untuk bernostalgia. Areal perkebunan di Merbuh juga terdapat kawasan bumi perkemahan yang selalu ramai pada waktu liburan sekolah.

“GOA JEPANG

A. Sejarah Pembangunan Gua Jepang oleh   Romusha
    Ketika berkuasa di Kepulauan Jawa antara 1942 hingga 1945, Jepang menjadikan Semarang sebagai basis utama pertahanan mereka di jawa tengah. Semarang juga dipilih sebagai pangkalan utama militer Jepang di Jawa tengah. Saat jepang menguasai kota semarang para militer jepang tidak berlatih di kawasan itu. Mereka memilih tempat latih dikawasan perbukitan agar tidak diketahui oleh musuh. Antara lain tempat yang di jadikan latihan adalah kawasan gunung ungaran. Di gunung inilah yang kemudian dijadikan sebagai tempat strategi Jepang melakukan rekruitmen calon calon romusa, pola tingkatan, serta alokasi tenaga kerja paksa ini. Basis paparannya melihat praktik romusa dan proyek proyeknya di Gunung ungaran.
Sebelum dikuasai oleh militer jepang gunung ungaran pada awalnya merupakan sebuah proyek agraria oleh belanda. Di tempat itu sampai saat ini masih tertinggal sebuah kebun besar yaitu teh dan kopi. Setelah militer jepang memukul mundur tentara belanda, kebun itu dikelola jepang dan dikerjakan oleh pekerja paksa atau romusha. Kerena, selain menjadikan gunung ungaran sebagai fasilitas militer, Jepang juga memperkenalkan perkebunan dan pertanian kepada para romusha.
Seperti yang dipaparkan pada halaman awal, kekejaman jepang pada romusha juga berlanjut disini. Setelah militer jepang merasa terancam oleh serangan balik dari sekutu akibat perang dunia, maka jepang memaksa para romusha untuk membuat tempat persembunyian. Saat itulah atas perintah cuvu ditengah – tengah kebun teh dibuat sebuah gua yang sampai saat ini masih keberadaannya.
Gua Jepang dikerjakan oleh Romusha, tenaga kerja paksa, yang didatangkan Jepang dari negeri-negeri lain yang mereka jajah, termasuk Indonesia. Romusha lah yang menggali bukit – bukit dan membangun jaringan gua di bawah perut bumi.
Gua jepang peninggalan romusha ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1943. Pembangunan gua ini hanya menggunakan alat – alat sederhana. Alat yang digunakan tidak secanggih teknologi sekarang. Romusha hanya menggunakan alat –alat pahat, sedikit demi sedikit gua itu di gali agar berlubang. Tingginya-pun disamakan dengan tinggi manusia.
Karena menggunakan alat – alat yang sederhana maka pembangunan gua ini memakan waktu yang sangat lama. Namun tidak sampai selesai para romusha sudah berhenti dari pekerjaannya. Pada tahun 1945 setelah jepang menyerah pada sekutu tanpa syarat dan presiden soekarno memproklamasikan kemerdekaan, maka pembangunan gua yang bertujuan untuk kepentingan jepang dihentikan. Gua ini sebenarnya belum pernah terpakai sebagai fungsinya karena pada saat Indonesia menyatakan kemerdekaan paksukan militer jepang yang berada dikawasan itu semua menarik mundur dan membebaskan para romusha.

B. Struktur dan Fungsi Gua Jepang
Struktur gua ini tidaklah selengkap dengan gua – gua yang ada di Indonesia lainya. Pembangunan yang dikerjakan oleh romusha hanya memakai peralatan yang sederhana sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang sederhana pula. Walau begitu bagian dalam gua sudah terstruktur dengan baik. Tempatnya yang diperbukitan juga mempengaruhi susunan baik dalam maupun luar. Model dalam gua hampir menyerupai bangunan yang dipondasi oleh bata dan semen. Namun gua ini sama sekali tidak mengandung unsur beton, semua ruang yang ada dalam gua hanyalah galian hasil dari romusha yang dipekerjakan oleh pemerintah jepang.
Gua Jepang berupa lorong panjang sekitar 150 meter. Terdapat ruangan-ruangan (kamar-kamar) di sisi kanan dan kiri lorong. Gua ini memiliki 2 buah pintu masuk yang juga berfungsi sebagai ventilasi udara. Gua ini memiliki model pintu masuk dan pintu keluar yang menyempit serta didalamnya terdapat 26 kamar, 1 lorong, 2 ventilasi. Dan selalu ada tempat penjagaan pada setiap ujung gua. Gua Jepang bercirikan atap, lantai dan mulut gua masih berupa tanah dibanding gua buatan Belanda biasanya seluruh dindingnya berlapis beton.
Gua ini rencananya akan difungsikan sebagai penjara bagi pemberontak dan juga sebagai tempat persembunyian tentara Jepang mengingat pada saat itu Jepang sedang dilanda prahara hebat dengan sekutu dan Belanda. Letaknya yang dipegunungan dapat diperkirakan aman untuk tempat sembunyi dan juga tempat penyimpanan senjata kiriman pada waktu itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar