Recent Posts From All Categories

Jumat, 06 Maret 2015

Wahana Wisata “Embung” di Gunung Nglanggeran,Yogyakarta

Gunung Nglanggeran adalah satu-satunya gunung api purba di Yogyakarta yang terbentuk dari karst atau kapur.[1][2] Gunung ini terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul yang berada pada deretan Pegunungan Seribu.

   Pertama tama... tujuan kami bertiga yaitu pantai sedahan dan Pantai greweng yg terletak tidak jauh dr Pantai wediombo,Gunung kidul,Jogjakarta.. tapi kebetulan kami lewat Salah satu wisata yang lumayan menarik untuk di kunjungi nih... Namanya “Embung” terletak tidak jauh dari Gunung Api purba Nglanggeran,Gunung kidul....
Tempatnya begitu menarik dan cocok buat Selfi selfian....haha gak percaya...?? Liat aja ni foto2 kita...
 

Selasa, 03 Maret 2015

Mengenal lebih dekat Gunung Ungaran,Semarang

     Gunung Ungaran adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Jawa, Indonesia. Dengan ketinggian 2.050 mdpl, gunung ini adalah gunung tinggi pertama yang dilihat pengendara dari Semarang ke arah selatan, di sisi kanan (barat). Menurut catatan-catatan sejarah, nama-nama lain gunung ini adalah Karundungan (prasasti Kuti), Karurungan/Karungrangan (Tantu Panggelaran), Karungrungan (Perjalanan Bujangga Manik, Serat Aji Saka, Serat Kanda), Kroenroengan (Domis, 1825), dan Ngroengroengan (Bleeker 1850, Friederich 1870)[1].

Di kaki gunung ini terletak kota Ungaran, pusat pemerintahan Kabupaten Semarang.

    Gunung Ungaran termasuk gunung berapi berapi tipe strato. Gunung ini memiliki tiga puncak: Gendol, Botak, dan Ungaran. Puncak tertinggi adalah Ungaran.

Dari puncak gunung ini, jika memandang ke utara akan terlihat Laut Jawa sedangkan jika membalikkan badan, akan terlihat jajaran (dari kiri ke kanan) Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo dan Kendalisodo dengan Rawa Peningnya, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro, dan Gunung Perahu.

Tidak ada catatan yang jelas mengenai aktivitas gunung ini. Namun, diperkirakan gunung ini pernah meletus pada zaman kerajaan dahulu, dengan letusan yang amat dahsyat sehingga menghancurkan dua pertiga bagian puncak dari semula sehingga yang dapat dilihat sekarang adalah hanya sepertiga bagian dari gunung Ungaran berapi purba. Diperkirakan, gunung ini sedang mengalami masa tidur panjang dan sewaktu-waktu dapat aktif kembali.

Gunung Ungaran mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Di lerengnya terdapat situs arkeologi berupa Candi Gedongsongo (Bahasa Jawa: gedong = gedung, songo = sembilan). Terdapat pula beberapa air terjun (curug), di antaranya Curug Semirang dan Curug Lawe. Juga terdapat gua, yang terkenal dengan nama Gua Jepang. Gua ini terletak 200 meter sebelum puncak, tepatnya di sekitar perkampungan Promasan (perkampungan para pemetik teh). Di sini terdapat pula reruntuhan bekas pemandian kuna.

“Kebun Teh Medini”

    Tidak jauh dari Pemandian Air Panas Nglimut Gonoharjo, pengunjung bisa mencoba suasana asri khas perkebunan teh yang disebut Kebun Teh Medini. Objek wisata ini terletak di lereng Gunung Ungaran yang terletak di ketinggian 1.500 di atas permukaan laut di wilayah Kabupaten Kendal, Biasanya, kebun teh ini kerap dilewati para pendaki yang akan menaiki Gunung Ungaran sehingga medan yang harus dilewati memang relatif berat. Namun, tak perlu khawatir karena rasa lelah akan terbayar dengan keindahan panorama kebun teh.
Mengingat medannya yang terjal, disarankan untuk menggunakan mobil jip atau kendaraan roda dua. Dari Kota Semarang, pengunjung bisa menempuh jalur Mijen-Boja-Cangkiran. Jika dari arah Ungaran bisa melalui Gunungpati-Cangkiran yang dimulai dengan jalan beraspal yang relatif mulus. Namun, setelah melewati Kecamatan Limbangan memang disuguhi jalan berbatu dan berkelok-kelok sehingga menambah nuansa petualangan bagi mereka yang bosan berwisata di tempat-tempat yang kurang menantang.
Di Kebun Teh Medini memang terdapat pabrik teh yang menjadi daya tarik tersendiri objek wisata ini. Jalur yang berkelok-kelok memang sebanding dengan pemandangan indah kebun teh yang terhampar luas. Tujuan wisata lain di tempat ini adalah Barak Promasan yang dibuat untuk beristirahat para pemetik teh dan Gua Jepang yang memang dibuat tentara Nippon pada masa perang. Kalau berminat masuk ke Gua Jepang, disarankan jangan sendirian karena banyak ruang-ruang dalam gua dan membawa senter untuk penerangan.
  Setelah puas menyusuri Gua Jepang, tak ada salahnya pengunjung kembali menikmati air terjun yang indah bernama Curug Lawe, namun air terjun ini hanya bisa diakses dengan berjalan kaki selama sekitar 20 menit dari pintu masuk. Pengunjung tak perlu khawatir kelelahan karena banyak bangunan yang dibuat Pabrik Teh Medini sebagai sarana beristirahat. Pemandangan Curug Lawe memang sangat alami dan menakjubkan, apalagi masih cukup banyak hewan-hewan liar yang berkeliaran sehingga pengunjung tetap disarankan untuk berhati-hati.
Selain Kebun Teh Medini, terdapat pula Perkebunan Karet Merbuh, Getas Kecil di Kecamatan Singorojo dan Perkebunan Kopi Sukomangli Kecamatan Patean yang merupakan daerah tujuan wisata agro lainnya. Tempat-tempat ini sering dikunjungi wisatawan mancanegara asal Jepang dan Belanda untuk bernostalgia. Areal perkebunan di Merbuh juga terdapat kawasan bumi perkemahan yang selalu ramai pada waktu liburan sekolah.

“GOA JEPANG

A. Sejarah Pembangunan Gua Jepang oleh   Romusha
    Ketika berkuasa di Kepulauan Jawa antara 1942 hingga 1945, Jepang menjadikan Semarang sebagai basis utama pertahanan mereka di jawa tengah. Semarang juga dipilih sebagai pangkalan utama militer Jepang di Jawa tengah. Saat jepang menguasai kota semarang para militer jepang tidak berlatih di kawasan itu. Mereka memilih tempat latih dikawasan perbukitan agar tidak diketahui oleh musuh. Antara lain tempat yang di jadikan latihan adalah kawasan gunung ungaran. Di gunung inilah yang kemudian dijadikan sebagai tempat strategi Jepang melakukan rekruitmen calon calon romusa, pola tingkatan, serta alokasi tenaga kerja paksa ini. Basis paparannya melihat praktik romusa dan proyek proyeknya di Gunung ungaran.
Sebelum dikuasai oleh militer jepang gunung ungaran pada awalnya merupakan sebuah proyek agraria oleh belanda. Di tempat itu sampai saat ini masih tertinggal sebuah kebun besar yaitu teh dan kopi. Setelah militer jepang memukul mundur tentara belanda, kebun itu dikelola jepang dan dikerjakan oleh pekerja paksa atau romusha. Kerena, selain menjadikan gunung ungaran sebagai fasilitas militer, Jepang juga memperkenalkan perkebunan dan pertanian kepada para romusha.
Seperti yang dipaparkan pada halaman awal, kekejaman jepang pada romusha juga berlanjut disini. Setelah militer jepang merasa terancam oleh serangan balik dari sekutu akibat perang dunia, maka jepang memaksa para romusha untuk membuat tempat persembunyian. Saat itulah atas perintah cuvu ditengah – tengah kebun teh dibuat sebuah gua yang sampai saat ini masih keberadaannya.
Gua Jepang dikerjakan oleh Romusha, tenaga kerja paksa, yang didatangkan Jepang dari negeri-negeri lain yang mereka jajah, termasuk Indonesia. Romusha lah yang menggali bukit – bukit dan membangun jaringan gua di bawah perut bumi.
Gua jepang peninggalan romusha ini diperkirakan dibangun sekitar tahun 1943. Pembangunan gua ini hanya menggunakan alat – alat sederhana. Alat yang digunakan tidak secanggih teknologi sekarang. Romusha hanya menggunakan alat –alat pahat, sedikit demi sedikit gua itu di gali agar berlubang. Tingginya-pun disamakan dengan tinggi manusia.
Karena menggunakan alat – alat yang sederhana maka pembangunan gua ini memakan waktu yang sangat lama. Namun tidak sampai selesai para romusha sudah berhenti dari pekerjaannya. Pada tahun 1945 setelah jepang menyerah pada sekutu tanpa syarat dan presiden soekarno memproklamasikan kemerdekaan, maka pembangunan gua yang bertujuan untuk kepentingan jepang dihentikan. Gua ini sebenarnya belum pernah terpakai sebagai fungsinya karena pada saat Indonesia menyatakan kemerdekaan paksukan militer jepang yang berada dikawasan itu semua menarik mundur dan membebaskan para romusha.

B. Struktur dan Fungsi Gua Jepang
Struktur gua ini tidaklah selengkap dengan gua – gua yang ada di Indonesia lainya. Pembangunan yang dikerjakan oleh romusha hanya memakai peralatan yang sederhana sehingga menghasilkan sebuah bangunan yang sederhana pula. Walau begitu bagian dalam gua sudah terstruktur dengan baik. Tempatnya yang diperbukitan juga mempengaruhi susunan baik dalam maupun luar. Model dalam gua hampir menyerupai bangunan yang dipondasi oleh bata dan semen. Namun gua ini sama sekali tidak mengandung unsur beton, semua ruang yang ada dalam gua hanyalah galian hasil dari romusha yang dipekerjakan oleh pemerintah jepang.
Gua Jepang berupa lorong panjang sekitar 150 meter. Terdapat ruangan-ruangan (kamar-kamar) di sisi kanan dan kiri lorong. Gua ini memiliki 2 buah pintu masuk yang juga berfungsi sebagai ventilasi udara. Gua ini memiliki model pintu masuk dan pintu keluar yang menyempit serta didalamnya terdapat 26 kamar, 1 lorong, 2 ventilasi. Dan selalu ada tempat penjagaan pada setiap ujung gua. Gua Jepang bercirikan atap, lantai dan mulut gua masih berupa tanah dibanding gua buatan Belanda biasanya seluruh dindingnya berlapis beton.
Gua ini rencananya akan difungsikan sebagai penjara bagi pemberontak dan juga sebagai tempat persembunyian tentara Jepang mengingat pada saat itu Jepang sedang dilanda prahara hebat dengan sekutu dan Belanda. Letaknya yang dipegunungan dapat diperkirakan aman untuk tempat sembunyi dan juga tempat penyimpanan senjata kiriman pada waktu itu.

Kamis, 26 Februari 2015

Menantang Mitos Gunung Merapi

Gunung Merapi (ketinggian puncak 2.968 mdpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.

Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.[butuh rujukan] Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini, Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).[1]
Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer.

Jalur pendakian

karena gunung ini merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Tlogolele. Desa ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pendakian melalui Selo memakan waktu sekitar lima jam hingga ke puncak.

Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

MITOS GUNUNG MERAPI

A. Tentang penunggu gunung Merapi.

Misteri Gunung Merapi tidak bisa lepas dari kepercayaan banyak orang bahwa di gunung itu hidup berbagai makhluk halus yang sekaligus menjadi penguasanya. Menurut penduduk setempat, Eyang Merapi adalah raja para makhluk halus di Merapi. Penduduk setempat mempercayai bahwa Eyang Sapu Jagad merupakan jin penguasa Merapi yang menentukan apakah gunung akan meletus atau tidak di tambah lagi Misteri Kilat Putih dan Erupsi Gunung Merapi. Karenanya di jaman dulu, Raja Yogyakarta sering memberi sesaji agar Eyang Sapu Jagad tidak marah.

Sementara Eyang Megantara dipercayai sebagai pengendali cuaca di sekitar Gunung Merapi. Nyi Gadung Melati dipercaya sebagai pimpinan para makhluk halus wanita dan bertugas untuk menjaga kesuburan tanaman di wilayah tersebut. Eyang Antalboga dipercaya sebagai penjaga keseimbangan Gunung Merapi di permukaan bumi. Mbah Petruk dipercaya sebagai pemuka jin yang akan memberi tanda tentang kapan Merapi akan meletus. Kyai Sapu Angin dipercaya menjaga ternak dan semua hewan di Gunung Merapi. Makhluk halus yang satu ini sangat akrab di telinga penduduk setempat, karena jin ini sering mendatangi penduduk dan mengangu dengan cara Batu Merapi tak Terangkat Alat Berat dan lain nya.

B. Tentang pasar Bubrah.

Cerita gaib lainnya yang cukup membuat merinding adalah pasar makhluk halus. ini juga merupakan misteri Gunung Merapi yang cukup dikenal masyarakat luas. Menurut cerita almarhum Mbah Marijan, Setiap malam Jumat akan ada pasar Bubrah yang merupakan pasar para makhluk halus. Setiap malam jumat akan terdengar kegaduhan mirip pasar seperti pasar pada umumnya. Suara alunan gamelan dan gending (musik/lagu) Jawa akan kedengar. Ada beberapa pendaki Gunung Merapi yang sudah membuktikan kebenaran mitos Pasar Bubrah ini.

Seperti daerah angker lainnya, Gunung Merapi terkadang meminta tumbal. Misteri Gunung Merapi ini memang sulit dipercaya bagi orang di luar kawasan Merapi. Namun realitasnya, beberapa pendaki menjadi korban di Gunung Merapi. Penduduk percaya bahwa itu merupakan tanda bahwa penguasa Merapi sedang menginginkan tumbal. Penduduk setempat mempercayai bahwa tumbal yang akan diambil penguasa Merapi adalah orang yang bertabiat buruk maupun orang yang membuatnya marah.

C. Tentang awan Mbah Petruk.

Sebelum terjadi erupsi pada awal bulan November tahun 2010, masyarakat setempat digemparkan oleh penampakan awan Mbah Petruk yang berhasil tertangkap kamera oleh seorang warga Magelang bernama Suswanto. Terdapat cerita menarik yang sempat beredar di masyarakat tentang awan Mbah Petruk yang terlihat menoleh ke kanan. Petruk sendiri adalah salah satu tokoh pewayangan Jawa yang sering diibaratkan sebagai seorang rakyat.

Saat dimainkan oleh dalang, wajah Petruk biasanya selalu menoleh ke kiri. tidak hanya itu, awan Mbah Petruk yang mengarah ke selatan juga merupakan pertanda bahwa kemarahannya akan lebih difokuskan ke wilayah selatan Merapi. Akhirnya pada 5 November 2010, sesuai kepercayaan masyarakat akan pertanda dari awan Mbah Petruk, terjadi erupsi Gunung Merapi dengan letusan dahsyat dan menimbulkan banyak korban.

Pesona dibalik Menantangnya Gunung Sumbing

Gunung Sumbing – Keindahan alam Indonesia memang sangat beragam, salah satunya adalah pesona Gunung Sumbing ini. Berdiri kokoh dengan ketinggiannya yang mencapai 3371 mdpl berdampingan dengan Gunung Sindoro dimana keduanya sering disebut seperti gunung yang kembar. Gunung Sumbing bertipe statovolcano dan masih memiliki kawah yang aktif. Gunung ini juga merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah setelah Gunung Slamet.

Lokasi dan Transportasi

Gunung Sumbing terletak di Jawa Tengah dan membentang diantara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Wonosobo. Memiliki tiga jalur pendakian populer diantaranya Jalur Garung, Jalur Cepit dan Jalur Bogowongso.

Untuk menuju basecamp pendakian Jalur Garung, terlebih dahulu harus mencapai Dusun Garung yang berada di jalan yang menurun ke arah Wonosobo, tepatnya di Desa Butuh, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Jika dari Purwokerto, anda dapat menggunakan bus jurusan Semarang dan berhenti di depan gapura Desa Garung. Basecamp pendakian berada sekitar 500 meter dari gapura. Bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 15 menit atau dengan naik ojek.

Untuk pendakian melalui Rute Cepit, bisa dimulai dari basecamp Cepit yang berlokasi di Desa Pager Gunung, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung. Jika dari Semarang bisa ditempuh menggunakan bis jurusan Purwokerto kemudian berhenti di Parakan tepatnya di depan Rumah Sakit Kristen Ngesti Waluyo. Selanjutnya untuk menuju Dusun Cepit, kendaraan umum masih sangat sulit dan hanya tersedia ojek dengan ongkos sekitar Rp 15.000*) sampai ke Dusun Cepit atau Rp 25.000*) untuk sampai ke batas hutan. Angkutan lainnya adalah carter mobil pick up/stesyen dengan ongkos sekitar Rp 70.000*) sampai ke Dusun Cepit dan diturunkan di basecamp pendakian yang hanya berupa pos kecil dan tidak ada yang menjaga.

Jalur selanjutnya adalah Jalur Bogowongso yang terletak di Desa Bogowongso, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo. Jika dari Pasar Kertek yang berada di Jalan Raya Wonosobo – Temanggung, bisa menggunakan angkutan umum atau ojek. Jarak dari pasar menuju desa ini sekitar tujuh kilometer dan bisa langsung menuju rumah kepala desa yang sering dijadikan basecamp oleh para pendaki.

Wisata

Keindahan alam gunung sumbing tak hanya tampak dari kejauhan saja, namun dari atas puncak gunung ini pula tersimpan sejuta keindahan lainnya yang bisa disaksikan.

Untuk pendakian dari Jalur Garung, terdapat dua jalur yang bisa dipilih yaitu jalur baru dan jalur lama. Tidak ada perbedaan yang mencolok antara keduanya, hanya saja pada jalur lama medannya cukup terjal. Kedua jalur ini nantinya akan bertemu di Pestan (Peken Setan/Pasar Setan). Normalnya pendakian menuju puncak memakan waktu sekitar 8 jam.

Awal perjalanan dari basecamp, pendaki akan melewati kebun sayur dengan jalan yang menanjak. Batas hutan dan kebun (Bosweisen) pada jalur lama terletak pada KM IV dengan kondisi jalan berpasir dengan tanah liat dan akan melewati dua bukit yaitu Genus dan Seduplak, sedangkan jalur baru batas hutan terdapat pada KM III.

Setelah melintasi sungai maka anda akan tiba di Pos 1 dan selanjutnya perjalanan diteruskan menuju Pos 2 (Gatakan, 2240 mdpl). Pos ini relatif aman untuk mendirikan tenda. Perjalanan selanjutnya diteruskan menuju Pestan (2437 mdpl) yang berupa area luas dan terbuka. Di sini bisa mendirikan tenda namun kurang aman karena sering terkena terjangan angin yang cukup kuat serta badai yang cukup besar.

Selanjutnya pendaki akan tiba di Pasar Watu dengan mengambil jalan menurun ke kiri mengitari dinding batu yang terjal. Pada ketinggian 2763 mdpl, pendaki akan tiba di Watu Kotak. Disini terdapat larangan untuk tidak membuang hajat karena lokasinya dianggap keramat oleh masyarakat setempat. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Tanah Putih yang dipenuhi batuan kapur yang mudah longsor. Puncak pertama (Puncak Buntu, 3362 mdpl) akan dicapai setelah melewati Tanah Putih dan puncak tertinggi adalah Puncak Kawah pada ketinggian 3371 mdpl.

Untuk pendakian Jalur Cepit, selepas dari basecamp yang berupa pos kecil tersebut, perjalanan dilanjutkan melewati jalan aspal dan kebun penduduk menuju batas hutan dengan jalur yang cukup menanjak. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Setelah memasuki kawasan hutan, sekitar 100 meter akan dijumpai bangunan yang rusak dan dikenal angker. Kemudian pendaki akan melewati sungai kering untuk tiba di Pos 2 (Kamasan Sondo) yang ditandai dengan pondok tanpa dinding. Sekitar dua jam berjalan dari Pos 2, pendaki akan tiba di Pos 3 yang tak jauh di atas pos terdapat lokasi yang cukup luas untuk mendirikan tenda.

Perjalanan selanjutnya mulai memasuki kawasan savana dan ditemui sungai kecil yang curam dengan banyak bebatuan besar. Selanjutnya pendaki akan tiba di Watu Kasur dan dilanjutkan ke Pos Segremeng dengan melewati jalur ke kiri. Tak lama berjalan maka pendaki akan tiba di Pos Watu Lawang. Jalur menuju puncak sumbing sangat sempit dan cukup terjal sehingga perlu berhati-hati saat mendakinya.

Pendakian dari Jalur Bogowongso, dimulai dari basecamp SkyDoor. Jarak dari basecamp menuju batas hutan masih cukup jauh. Batas hutan ditandai dengan adanya gardu pandang yang memiliki percabangan jalan. Ambil ke kiri untuk menuju Pos 1 melewati jalur tanah yang cukup landai.

Dari Pos 1 menuju Pos 2, jalur didominasi oleh pepohonan. Dari Pos 2 menuju Pos 3 daerah mulai terbuka karena di kawasan ini pernah terjadi kebakaran hutan. Perjalanan menuju pos 3 membutuhkan waktu tempuh sekitar empat jam perjalanan.

Pos 3 merupakan pos terakhir sebelum menuju puncak dengan suguhan pemandangan alamnya yang sangat indah. Dari pos 3 menuju puncak jalur mulai berbatu dan sangat curam yang membutuhkan waktu tempuh pendakian sekitar 3,5 jam. Disini tumbuhan edelweiss cukup banyak dijumpai disepanjang perjalanan.

Puncak gunung sumbing yang sering dijadikan tujuan pendaki adalah Puncak Buntu karena Puncak Kawah jalurnya sangat sulit dan berbahaya. Namun walaupun begitu, bukan hal yang tak mungkin untuk mencapainya. Puncak gunung ini memiliki pemandangan yang menakjubkan dengan tebing-tebing batu yang menjulang serta terdapat beberapa kawah kecil yang masih aktif dan mengandung Racun.

Tips

Lokasi yang cocok untuk mendirikan tenda sebelum menuju puncak di jalur Bogowongso adalah di Pos 3. Sedangkan dari jalur Garung adalah di Pos 1, Pos 2, Pestan dan Watu Kotak. Untuk Jalur Cepit, lokasi yang cocok adalah Pos 2, Pos 3, Batu Pintu dan Kawasan Kawah.

Jika melewati Jalur Garung, sebaiknya gunakan jalur baru yang lebih aman.

Berhati-hatilah saat melangkah dan jangan dipaksakan untuk mendaki jika keadaan tidak memungkinkan.

Gunung Sumbing memiliki keindahan alam yang sangat menakjubkan serta mampu menorehkan beragam pengalaman yang bisa dirasakan setiap pendaki. Persiapkan fisik, mental dan perbekalan anda sebelum berangkat agar pendakian dapat berjalan dengan lancar. Selamat mendaki!

*) Harga dapat berubah sewaktu-waktu

Fachry's TRIPS and TRAVELS

بسم اللّه الرحمن الرحيم
Assalamu'alaikum wa rohmatullahi wabaro katuh...

#Sedikit corat coret dari salah satu saudaramu di tanah Jawa..

.........“Entah mengapa yang namanya TRAVELiNG atau AVENTURE itu sangat menyenangkan bagiku...

Obyek wisata Air Terjun Kedung Kayang

Obyek wisata Air Terjun Kedung Kayang

terletak di alur Sungai Pabelan yang berasal

dari 2 (Dua) gunung yaitu :

1) Gunung Merbabu
2) Gunung Merapi

Berada pada ketinggian 950 meter dari permukaan laut, Kedung Kayang terletak di perbatasan kabupaten Magelang dan kabupaten Boyolali, diantara Desa Wonolelo, kecamatan Sawangan, kabupaten Magelang dan Desa Klakah Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Jarak yang harus ditempuh dari lokasi terdekat :

1) Dari Kabupaten Magelang : 30 km
2) Dari Kabupaten Boyolali : 30 km
3) Dari Yogyakarta : 55 km

Kedung Kayang terletak tepat ditengah jalan tembus Magelang-Boyolali dan terletak di kawasan jalur wisata SBB (Solo-Selo-Borobudur). Obyek wisata Kedung kayang adalah wisata alam berupa air terjun alami dengan ketinggian 39 m dengan posisi kemiringan tebing 80 derajat. Air yang mengalir di Air Terjun tersebut mengalir sepanjang tahun, berasal dari 4 (empat) Mata Air yaitu:
Semuanya berasal dari lereng gunung Merbabu dan setelah sampai atas air terjun Debit air sekitar 60 liter/detik.
Semuanya berasal dari lereng gunung Merbabu dan setelah sampai atas air terjun Debit air sekitar 60 liter/detik.
Harga tiket masuk per orang sebesar Rp 2.500, didalam kawasan wisata kedung kayang juga terdapat tempat istirahat bagi pengunjung.Pengunjung dapat menikmati pemandangan sungai alami dengan air yang cukup jernih, selain itu pengunjung dapat bermain air di bawah air terjun .

Nama Kedung Kayang diperoleh dari Para Empu yang berada di sekitar Kedung Kayang, yaitu:

1.Empu Panggung
2.Empu Putut
3.Empu Khalik.
Pada jaman dahulu para empu tersebut sering mengadakan pertemuan di lokasi tersebut. Menurut para empu bahwa sungai Pabelan sangat memberikan barokah pada masyarakat sekitar sungai itu, walaupun sungai itu sebagian besar berasal dari Gunung Merbabu dan sebagian dari Gunung Merapi, tetapi sangat dipercayai bahwa Sungai tersebut tidak akan mengalirkan Lahar Panas dari kedua Gunung tersebut. Karena sangat dipercayai bahwa ditempat itu ada yang menunggu yaitu Kyai Gadung Melati dan Nyai Widari Welas Asih.

Para empu tersebut di atas mengadakan pertemuan yang tujuannya akan mengadakan adu kesaktian yang berupa Tanding Balang (Adu Lempar). Tanding Balang tersebut dilaksanakan pada bulan Suro (muhharom). Yang intinya “Siapa yang bisa Balang Kedung itu dengan telur angsa melempar Kedung dengan telur) dan masih utuh bila sampai di kedung itu maka dialah pemenangnya.

Ternyata telur tersebut semuanya dari ketiga empu tersebut pecah setelah masuk di kedung tersebut, kemudian para empu tersebut menuruni tebing untuk melihat kedung itu. Namun anyangannya (cengkarang) telur itu tidak ada di dalam kedung tersebut. Atau hilang tanpa bekas.

Para empu tersebut sepakat untuk memberikan nama kedung tersebut dengan nama Kedung Kayang. Selanjutnya pecahan dari telur itu oleh Kyai Gadung Melati dan Nyai Widari Welas Asih ditimbulkan berupa Mata Air yang berada di depan Air Terjun yang akan mengalir sepanjang tahun.

Adapun Mata Air yang timbul adalah:

Telur Empu Putut jadi mata air yang keluar dari batu di tengah tebing bagian utara.
Telur Empu Panggung jadi mata air yang keluar disebelah Timur Air Terjun.
Terjun Empu Khalik menjadi mata air yang keluar disebelah barat Air Terjun.
Ketiga mata air tersebut keluar atau muncul dari sela-sela retakan batu besar. Dibelakang Air Terjun terdapat Goa dengan lebar ± 2 m dan tinggi ± 2,5 m dengan panjang tak terbatas (tidak dapat diketahui) karena tidak ada ujungnya.

Bila ada yang mau masuk ke dalam Goa tersebut harus masuk dulu di kedung kemudian naik sekitar 1,5m di belakang terjunan air. Goa tersebut pada jaman dahulu sering digunakan Topo atau bersemedi oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan khusus untuk meminta petunjuk dari yang Maha Kuasa.

Kedung Kayang terdapat keunikan dan keanehan tersendiri, yaitu bila di bulan Suro (muhharom) pada hari malam Jum’at Kliwon sering terdengar suara/ alunan Gamelan Jawa dan pada hari Kamis Wage semua kera-kera yang ada di sekitar Kedung Kayang berkumpul di atas air terjun tersebut. Dan masih banyak keajaiban yang lain yang sering ditemui oleh masyarakat setempat maupun pengunjung yang berada di Kedung Kayang.

Mata air yang ada di sekitar air terjun itu ada yang bernama mata Air Penguripan yang biasa dimanfaatkan oleh orang-orang untuk berbagai keperluan dan tujuan.   Ada juga yang dinamakan Mata Air Kinasihan yang juga dipercaya bermanfaat besar bagi yang memerlukan.

Sumber : Bapak Cokro Dirjo, Kelompok pengelola Kedung Kayang